(Refleksi 100 Hari WaG TransDimensi)
Seri-TD ✒#14: Marwah Daud Ibrahim
Menariknya, garis besar pertanyaan yang muncul dalam dialog, sejatinya adalah pertanyaan yang juga merupakan pergumulan pikiran saya sejak mengenal Mas Kanjeng. Sebagian besar sudah terjawab dalam perjalanan waktu. Sebagiannya lagi masih memerlukan sahabat seperjalanan dari beragam latar belakang untuk ikut menjawabnya.
Pertanyaan berkisar tiga hal. Pertama, apakah memang kemampuan menghadirkan (mengteleportasi) uang, emas dll itu nyata atau sekadar sulap atau tipuan. Pertanyaan ini juga muncul waktu ILC membahas ttg MK. Bung Akbar Faisal menyimpulkan bahwa ini adalah penipuan sehingga meminta saya "kembali" ke jalan benar. Sebaliknya Pak Permadi di ILC dan di beberapa kali pertemuan dgn saya setelah itu menyatakan, benar. Faktanya memang ada manusia yang diberikan kemampuan khusus seperti itu.
Pertanyaan lanjutannya adalah, kalau memang Mas Kanjeng bisa mengadakan uang sebanyak itu. Uang itu dari gudang mana atau dimensi? Bagaimana caranya menghadirkannya? Untuk siapa dan untuk apa? Apakah tidak melanggar UU Bank Indonesia, yang memberikan kewenangan cetak uang hanya kepda Bank sentral, seperti yg disampaikan oleh Pak Benny K. Harman dan Pak Mahfud MD di ILC.
Ketiga, apakah ada hubungannya dengan kebangkitan Kerajaan/Kesultanan Nusantara dikaitkan dgn anugerah gelar Sri Raja Prabu Rajasanagara kpd Beliau sebelumnya. Apa kaitannya dengan kolateral global?
Peserta pertemuan berpendapat bahwa kemampuan seperti yang saya saksikan dan alami di "Wangkal" di kalangan masyarakat pesantren Jatim bukan sesuatu yang aneh. Fenomena seperti ini nyata. Walaupun jumlahnya terbatas. Memang ada orang yang Allah beri ilmu dan kelebihan khusus seperti itu. Yang membuat fenomena menjadi tidak biasa, adalah kehadiran Ibu Marwah-- tammatan S-3 dari Amerika, cendekiawan Muslim yang tulisannya pernah kami baca di Ulumul Qur'an -- di sana. Umumnya masyarakat ilmiah, berfokus di tataran empiris, logika dan syariat. Seperti juga kami di lembaga pendidikan ini. Untuk itu kami juga tidak dalam kapasitas memberi penilaian, tapi tentu kita bisa saling silaturrahim dan melakukan "pencarian kebenaran" bersama. Dan ada alumni kami yang memimpin pesantren di Tuban, wilayah sekitar Sunan Bonang yang bisa berdialog banyak dengan Ibu. Ini sudah di tataran ma'rifat dan hakekat. Sudah masukkan Kajian Tasawuf. "
Sikap santun dan rasa ingin tahu yang tulus perserta forum hari itu memberi persfektif baru kpd saya.
Sejak selesai tampil di ILC akhir 2016, atas saran banyak teman dan pertimbangan pribadi, saya memutuskan untuk "diam." Padahal, waktu itu masih banyak permintaan wawancara ekslusif setelah termasuk dari Mata Najwa dan Hitam Putih. Semua saya tolak.
Sudah hampir dua tahun saya dkk diam. Apakah saatnya sudah datang untuk bicara. Untuk bersama komunitas Pencinta Nusantara untuk bersama "Menyingkap Kebenaran."
Ya...saatnya kembali membuka dialog tentang Nusantara Jaya, Mercusuar Dunia dan fenomena "ajaib" yang kami alami di Wangkal dan di banyak titik di Nusantara? Setidaknya terbatas antar teman group WA dulu.
"Saya pun istikharah, jika ini sudah waktunya, mohon mudahkan dan Berkahi ya... Allah." Alhamdulilah signal positif.
Dengan niat untuk berbagi, tabayyun dan saling memberi dan menerima masukan antar sahabat, dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim.
Saya pun membuat group baru dan memberinya nama TransDimensi.
Terima kasih Nurul Jadid (yang berarti Cahaya Baru) yang sungguh telah memicu saya untuk kembali berkomuniasi dgn Dunia.
Semoga dialog dalam group in menjadi Cahaya Baru bagi Indonesia. Saatnya
Fajar peradaban baru, yang dipandu wahyu Ilahi menyingsing di Nusantara tercinta.
Aaminn YRA.
(Bersambung).
(Wangkal, 27 Syawwal 1439 H//Rabu 11 Juli 2018).

Tidak ada komentar:
Posting Komentar