Satanic Finance
by A. Riawan Amin
Topics A. Riawan Amin, The Fed, Dollar, IMF, Fiat Money.
Bismillahirrahmaanirrahiim
The most important thing in this life, is not this life.
Kalau yang terpenting dalam hidup Anda saat ini adalah meneruskan hidup, maka apapun pekerjaan dan kegiatan yang Anda lakukan, semata-mata tertuju untuk menghiasi dan mencukupi hidup. Lebih lugas lagi, mengumpulkan materi untuk menyambung hidup.
Bagi saya, hidup bukanlah hal terpenting.
Bagian terpenting dari hidup kita, semestinya adalah menyiapkan bekal bagi kehidupan abadi kelak setelah mati. Karena kehidupan yang sebenarnya, baru dimulai ketika napas penghabisan berembus.
Menyambung hidup penting. Tapi, memaknai hidup jauh lebih penting. Hidup yang bermakna adalah, ketika waktu hidup kita bisa bermanfaat bagi orang lain. Ketika desah napas,
gerak langkah kita menyatu dalam pengabdian kepada Sang Pemberi Hidup.
Semua aspek hidup dijadikan media untuk meraih ridhoNya.
Aspek ekonomi dan keuangan, tidak terkecuali. Dunia penuh dengan orang yang papa. Yang buntung lebih banyak dari yang beruntung. Kesenjangan ekonomi dan kesejabteraan menganga. Namun, ketika satu sarna lain saling membantu, yang kelebihan menolong yang lemah, spirit memaknai hidup menyala kembali.
Sayang, yang kita temukan bukan kesenjangan berkurang, sebaliknya malah semakin tinggi. Kesenjangan semakin lebar ketika krisis ekonomi datang bertubi-tubi. Bencana ekonomi seolah sudah menjadi kemestian. Datang tak diundang, pergi tak permisi. Setiap tahun harga barang dan jasa seperti berkejaran. Sementara kemampuan daya beli sulit mengimbangi. Tolong menolong semakin sulit ditemui, digantikan oleh kompetisi dan manipulasi. Kerjasama palsu didengungkan demi untuk menyelamatkan kepentingan-kepentingan sempit dan golongan. Apa yang dikira solusi, temyata jebakan.
Era baru ekonomi dan keuangan dunia yang ditandai oleh kemapanan sistem ekonomi dimana *fiat money, fractional reserve requirement, dan interest dianggap sebagai tiga pilar penting dalam sistem moneter dunia* . Disebut era baru karena penggandaan uang begitu dasyatnya sehingga pertumbuhan sektor riil akan selalu tertinggal dari lompatan pertumbuhan sektor moneter.
Dunia memasuki, apa yang disebut peraih nobel ekonomi, Robert Mundell, sebagai regim inflasi permanen. Ototitas moneter berusaha mati-matian menghadang laju inflasi dengan kebijakan inflation targeting. Tapi secanggih apapun pendekatannya, tidak akan pemah memutus akar inflasi. Tak akan bisa menyandingkan sektor moneter dan riil berdampingan.
Ketimpangan yang akan terus memicu ketidakseimbangan ekonomi global. Beban yang akan terus terakumulasi dan siap setiap saat meledak menjadi krisis ekonomi.
Selama sistem yang sama masih dipergunakan, problem yang sekarang menghantui peradaban manusia tak akan pemah bisa diselesaikan. Selalu akan muncul korban dan tumbal. Problems can not be solved at the same level of mvareness that created them, begitu Albert Einstein mengingatkan.
Dari sinilah muncul kesadaran baru betapa sistem alternatif untuk menyelamatkan ekonomi dan peradaban manusia harus dikedepankan. Tidak ada kompromi. Pilihannya, berdamai dengan sistem yang berlaku sekarang dengan segala risikonya, atau menentukan aturan baru yang sama sekali berbeda untuk menyelamatkan keadaan.
Buku ini ditulis dengan semangat baru. Dengan penuturan sederhana dalam kisah dimana seolah-olah setan sendiri yang berbicara. Bukan karena penulis bisa bicara dengan setan. Tapi sekadar untuk memberikan ilustrasi bagaimana setan beraksi. Tiada lain dimaksudkan untuk bisa membingkai bahwa kebusukan ekonomi ada di tengah-tengah kita. Kadang tanpa kita sadari, sistem finansial setan nyata-nyata kita anut dan bahkan menjadi kebenaran sehari-hari.
Agamawan yang mengkhotbahkan kebenaran, tidak terkecuali. Di luar kontrol mereka, moralitas ekonomi setanlah yang kadang mereka kampanyekan. Ajaran agama yang selalu mengawal manusia dalam koridor keadilan, dibengkokkan. Sistem keuangan yang saat ini mencengkram dan menodai keadilan ekonomi, dianggap sebagai solusi. Sementara sistem yang nyata-nyata disampaikan oleb Kitab Suci malah dikebiri.
Pembaca budiman, biarlah buku ringkas ini menjadi bahan pengingat. Menjadi titik balik
kesadaran, bahwa upaya dan usaha untuk memakmurkan bumi, masih jauh panggang dari api. Masih perlu perjuangan panjang untuk terus menyatukan kekuatan melawan dan memerangi
propaganda setan dan antek-anteknya.
Buku ini sengaja dibuat ringkas. Hanya lima bab. Di bagian awal diulas bahayanya penerapan Three pillars of Evil. Dilengkapi dengan kisah Sukus dan Tukus yang bisa menjadi cermin sederhana bagaimana sistem pilar setan memerosokkan ekonomi, menceraiberaikan budaya saling tolong, dan menyibukkan manusia untuk terus berkompetisi, dan yang pasti. membuat mereka terpedaya dan tertipu oleh apa yang dewasa ini kita sebut sebagai uang. Permainan manipulatif yang membuat umat manusia yang kaya sumber daya dibuat miskin. diakali oleh kaum penjajah yang hanya bermodal mesin
cetak uang.
Bagian kedua dari buku ini mengulas bagaimana bahaya utang. Bagaimana utang dalam perspektif individu ataupun negara, dalam banyak kasus justru memerosokkan manusia kc dalam kubang pcrbudakan. Alih-alih menjadi alat investasi, utang malah menjadi mesin perampas. Kemandirian. martabat. dan harga diri pun menjadi taruhan. Alih-alih bisa membangun dari utang. negara-negara miskin justru terlilit utang lebih dalam. Mereka bukan lagi menjadi pihak yang ditolong, tapi menolong negara-negara pembcri utang menjadi lcbih kaya melalui skim bunga yang tak tertahankan.
Di bagian ketiga. diulas bagaimana fiat money khususnya dolar. menjadi racun ekonomi. Dolar yang rnenguasai pangsa pasar uang kertas dunia telah menjadi alat penjajahan bani. Penjajah bisa memajaki komunitas dunia. tanpa lagi mencecerkan darah.
Di bagian keempat. dimunculkan solusi dari fiat money. Kembali ke emus. Kembali kepada kestabilan dan keadilan ekonomi. Bagian ini disambung dengan bagian kelima yang menjadi fragmen penutup, mencari yang pembebas. Pembebas dari belenggu tirani moneter. Pembebas yang mengantarkan kepada kesadaran perlunya merombak lata ekonomi sctan yang sesat, kembali ke ekonomi seperti yang dikehendaki Sang Pencipta.
Selanjutnya, izinkanlah saya memberikan apresiasi dan ucapan terimakasih yang tulus kepada Prof. Dr. Ahamed Kameel My din Meera yang memberikan inspirasi dalam penulisan buku ini. Sayajuga ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada Prof. Dr. Aziuddin Ahmad yang mendorong dan memprovokasi penulisan buku ini. Begitupun dukungan dari ternan sejawat dan seluruh kru Muamalat. Buku ini tak akan lahir tanpa dukungan istri tercinta, Mir~ dan buah hati kami: Gia, Aita, dan Zahra.
Akhirnya, selamat membaca. Jangan lupa membaca ta'awudz sebelumnya. Jangan sampai setan menyentil kita dengan ungkapan, "Sesama setan dilarang sating mengutuk."
Allah beserta niat baik kita. Amin.
SatanicFinance
Tidak ada komentar:
Posting Komentar