Kamis, 21 September 2017

HIDUP ITU SEDERHANA KOK

RefleksiNJ45: Pola Hidup


NJ45#11: Marwah Daud Ibrahim


Jon Jandai, berbagi pengalaman menarik. Terbuai oleh cerita dari media ia meninggalkan desanya di Thailand dan pindah ke Bangkok. Di ibukota, ia bekerja 8 jam sehari, tinggal di kamar kecil dengan banyak orang.

Ia juga kuliah di Universitas. Tapi ia merasa ada yang kurang tepat. Kok universitas mengajarkan banyak hal yg destruktif. Misalnya, membangun dengan merusak alam, bertani dengan meracuni air dan lahan.

Ia kemudian membandingkan hidupnya yang rumit di kota dengan kehidupan yang simpel ketika di desa.

Mengapa membuat hidup jadi rumit? Mengapa harus bekerja 8 jam sehari untuk beli makanan, kredit rumah 30 tahun, berpakaian ikut mode. Berobat harus mahal. Padahal di desa cukup bekerja 2 bulan dan selebihnya bisa panen dan memakai waktu untuk festival.

Dia berubah haluan, memutuskan meninggalkan Bangkok dan kembali ke desa.

Hidup itu simpel.
Kebutuhan makan? Dengan keluarga terdiri dari 6 orang ia bertani padi dan bisa menghasilkan 6 ton beras, jauh melampaui kebutuhannya. Mempunyai kolam sehingga bisa makan ikan tiap hari. Menanam 30 jenis sayur mayur yang bukan hanya cukup untuk keluarga tapi bisa berbagi dgn yang lain.

Kebutuhan Papan atau rumah? Ia membangun sendiri rumahnya. Bahkan bisa buat beberapa rumah. Dengan murah, dan tak perlu membayar cicilan 30 tahun.
Pakain? Cukup yang sederhana. Bahkan tak perlu beli. Pengunjung banyak memberikan pakaian yg bahkan dibagikan kepada orang lain.

Bagaimana kalau sakit? Penyakit menurutnya adalah pegingat bahwa kita melakukan hal salah terhadap diri kita. Kesempatan mengoreksi diri. Dan ia mengobati penyakitnya dengan memakai air dan tumbuhan sebagai obat.

**
Apa yang kita pelajari dari pilihan hidup Jon untuk kita di Indonesia?
Kapitalisme boleh jadi memang telah merasuki kita. Iklan menjadi salah satu sarananya. Minum harus Aqua dan Coca-Cola, Rumah yang keren itu di Meikarta, Pakaian harus bermerek, dan berobat harus di Siloam, dan kalau meninggal dikebumikan di Sandiago Hill.

Daya tarik (full) kota untuk urbanisasi, dan daya dorong (push) untuk tinggalkan desa sangat besar. Jadilah kota-kota di Indonesia overpopulasi, jalanan macet. Sebaliknya desa ditinggal merana.

Lalu bagaimana gambaran Indonesia tahun 2045? Masa depan adalah hari ini. Tergantung keputusan kita hari ini. Kita bisa membuat anak keturunan kita berkerumun di kota.
Atau menyebar sampai bagian terjauh negeri ini.

***
Sudah saatnya kita menyebarkan pola pikir “Cinta Desa.” Acara TV jangan dominan hiburan hedonistis. Tapi berisi contoh dan motivasi untuk hidup di desa.

Berhenti memanjakan orang kota. Macet, dibuatkan jalan layang. Masih macet dibuatkan jalan lingkar. Masih macet dibuatkan terowongan. Masih macet dibuatkan busway.. dst..dst.

Dana yang berputar di Jakarta dan di kota kirim untuk membuka akses kepada rakyat untuk mau dan bisa tinggal di desa. Bangun jalan desa, beri sumber air, beri hak pakai lahan kepada rakyat.

Buat pemetaan lahan tidur yang bisa dipakai untuk rakyat bisa hidup dan berusaha. Moratorium pemberian izin lahan untuk Konglomerat. Berikan hak pakai kepada rakyat untuk membangun komunitas dan komoditas berbasis unggulan desa. Buka akses untuk modal kerja untuk hidup sederhana dan simpel.

Saya yakin berbondong anak muda akan menyebar ke desa. Mengolah karunia Tuhan YME yang tersebar di setiap jengkal negeri ini.

Jadi seperti kata Jon Jandai: “Hidup sederhana kok. Mengapa membuat nya sudah.”
Lagi pula kita semua hidup di Desa Global. Buktinya ia tinggal di desa tapi menginspirasi jutaan orang melalui TEDx yang disebar oleh YouTube dan beragam medsos ke seluruh dunia.

Jon Jandai bahkan membuat _Pun Pun Center for Self Reliance_ dan buat website. Banyak yang datang belajar ke sana tentang pembenihan dan budi daya tanaman, bangunan alami, teknologi tepat guna. Dan tentu saja prinsip hidup sederhana, simpel dan bahagia.
Sobat NJ45 minat ke sana? Saya berminat.

Salam NJ45. Selamat memasuki tahun baru Hijriah.

Waru. 21 September 2017/ 1 Muharram 1439 H. 15:13

#NasiRawonNJ45

Rabu, 06 September 2017

DIPERLUKAN KONSORSIUM PEMIMPIN NASIONAL

VISI KEPEMIMPINAN NJ45


Seri#9: Marwah Daud Ibrahim



_”If your actions inspire others to dream more, learn more, do more and become more, you are a leader.”_
“Jika tindakan Anda mengilhami orang lain untuk bermimpi lebih banyak, belajar lebih banyak, berbuat lebih banyak dan menjadi lebih baik, Anda adalah pemimpin.”(John Quincy Adam)

_”Leadership is the capacity to translate vision into reality.”_
“Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menerjemahkan visi menjadi kenyataan.” (Warren Bennis)

_The leaders don’t create followers, they create more leaders._
Pemimpin tidak menciptakan pengikut, mereka menciptakan lebih banyak pemimpin.

**
Suatu hari ketika berkunjung ke Seoul, saya bertanya kpd seorang Professor yg menjadi penasehat presiden Korea Selatan tentang apa yang menurutnya menjadi rahasia utama kemajuan negaranya.

Professor menjawab singkat: Penyebab utama kemajuan Korsel dan kemajuan suatu negara adalah: _Strong Leader_ (pemimpin yang kuat).

Saya kemudian bertanya “pemimpin yang kuat itu apakah artinya harus militer?” Jawabnya:
“Bisa ya… Bisa tidak. Tidak ada hubungannya dengan sipil atau militer.”

“Apakah pemimpin kuat itu harus sudah senior dan berpengalaman.” Tanya saya lagi.
“Tidak ada hubungannya dengan usia, pemimpin kuat bisa usia muda bisa juga sdh tua.” Jawabnya.

“Apakah harus seorang pria?” Tanya saya lebih lanjut. Tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin.
“Bisa pria bisa perempuan.” Katanya yakin.

“Lalu Pemimpin yg kuat itu yang bagaimana?” Tanyaku lebih lanjut.

“Pemimpin yang kuat adalah pemimpin yg punya kemampuan untuk mendengarkan suara hati rakyatnya, lalu menyusunnya menjadi impian dan VISI BERSAMA. Kemudian menggerakkan seluruh potensi dan energi warganya untuk dengan riang dan penuh gairah bersama mewujudkan visinya.”

***
Pertanyaan yg muncul di benak saya ketika itu adalah, rakyat Indonesia begitu beragam dan wilayahnya begitu luas.
Lalu mampukan pemimpin Indonesia menyatukan impian berjuta Rakyat Indonesia dalam SATU VISI BERSAMA.

Perjalanan waktu membuat saya yakin bahwa sepanjang pemimpin “SABAR” dan cukup “RENDAH HATI” untuk sungguh-sungguh mendengar suara hati rakyat. Selalu siap berdialog, berbagi, dan mengapresiasi memahami perbedaan potensi, minat dan missi hidup warganya, Insyaa Allah Visi Bersama BISA disusun dan diwujudkan.

****
Lalu untuk wujudkan kejayaan Nusantara, bisakah kita mendapatkan “Pemimpin Kuat” untuk “menghimpun” segenap energi bangsa besar ini?

Kembali belajar dari Korea, yang belajar dari Jepang yang kemudian dicontoh oleh China, maka jawabnya adalah SANGAT BISA.

Caranya adalah membentuk KONSORSIUM PEMIMPIN NASIONAL yang terdiri dari puluhan ribu, ratusan ribu bahkan jutaan pemimpin desa, Kec,Kab/Kota, Provinsi, sampai tingkat nasional.

Pemimpin di masing-masing tingkatan ini secara aktif melibatkan perwakilan seberagam mungkin professi untuk menyusun VISI BERSAMA, lalu menyusun langkah dan mengambil tindakan secara bersama.

Pemimpin Nasional tidaklah berarti hanya pemimpin politik. Tapi sinergi antara pemimpin pemerintahan (legislatif, eksekutif, yudikatif, sipil dan militer), pemimpin ekonomi (pengusaha, pemodal, industrialis, petani, nelayan), pemimpin masyarakat (tokoh agama, sosial, pendidik, pemuda, wanita budayawan, media) dll yang secara sangat serius dan berkelanjutan, bermusyawarah, memikirkan, berkiprah dan berdoa bersama untuk membantu mewujudkan impian dan harapan warganya.

Pemimpin nasional adalah akumulasi jutaan pemimpin desa, Kab/Kita, Provinsi dan nasional dari semua bidang kehidupan yang aktif untuk saling bersinergi positif.

Kita semua sejatinya adalah pemimpin dengan cakupan wilayah, bidang perhatian, impian dan misi hidup yang berbeda tapi saling melengkapi.

Sukses pemimpin di satu desa, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi perlu diperkuat oleh sukses Pemimpin di puluhan ribuan desa, ribuan Kecamatan, ratusann Kabupaten/Kota, Puluhan Provinsi lainnya. Demikian juga sukses pemimpin di suatu bidang butuh ditopang oleh bidang yang lain. Akumulasi dari sukses semua wilayah dan seluruh bidang menjadi sukses bangsa.

Tugas kita semua adalah berusaha menjadi pemimpin dan menciptakan lebih banyak lagi pemimpin.

Pemimpin sejati bukanlah pemimpin yang hebat sendiri, dikelilingi oleh para pengikut. Tapi pemimpin yang mengapresiasi pemimpin-pemimpin lain dan mau serta mampu menciptakan lebih banyak lagi pemimpin -pemimpin sejati.

Pemimpin yang kuat sejatinya adalah “Pemimpinnya para pemimpin.” Mereka yang telinganya paling lebar dan hatinya paling lapang untuk mendengar, menyimak, memahami, mempertimbangkan dan merangkum isi hati, impian, gagasan dan pendapat warganya, termasuk warga yang dgn fikiran paling kritis dan gagasan paling tidak masuk akal sekalipun.

WAG group dan medsos bisa menjadi tempat berlatih untuk terbentuknya konsorsium kepemimpinan nasional. Tempat melakukan “Pembiasaan” menyampaikan dan mendengar suara hati dan fikiran. Wahana untuk saling mengapresiasi dan mensinergikan potensi, minat, dan pendapat beraneka-ragam. Bukan tempat saling memaki atau saling mengerdilkan potensi dan keunggulan hanya karena kita belum faham atau salah faham.

Semoga Tuhan YME, Allah SWT meridhoi. Aamiin YRA.

Salam NJ45.

Srby: Rabu, 6 September 2017/ 15 Zulhijjah 1438 H.

#NasiRawonNJ45
#NusantaraJaya2045
#VisiKepemimpinanNJ45
#MarwahDI_NJ45