Senin, 20 Maret 2017

MELIHAT ITU PERCAYA*

Seeing is believing

Jurnal (2): Marwah Daud Ibrahim


"Masih percaya? Masih Yakin pada Dimas Kanjeng?" Begitu pertanyaan wartawan kpd saya ttg YM. Pertanyaan itu pula muncul ketika saya diminta menjadi saksi di PN Kraksaan.

Jawaban saya tegas. Ya... Alhamdulillah bukan hanya masih percaya, tapi saya makin yakin.

Alhamdulillah, ratusan teman santri yang ada di padepokan dan ribuan santri yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, InsyaaAllah  juga tetap yakin dan percaya kpd  YM MK.

Hakim, Jaksa Penuntut Umum dan Pengacara bergantian mengajukan pertanyaan. Intinya, ingin mengetahui apakah betul YM punya kemampuan luar biasa, atau seperti tuduhan beberapa orang yang mengatakan  bahwa uang poroses adalah uang dari santri, dan keluar dari kantong besar di balik jubah beliau.

Kalau  uang itu dari santri yang  digandakan, kenapa bisa waktu proses,   ada uang asing, seperti mata uang Amerika, Inggeris, Australia, Singapura dan puluhan mata uang lainnya.
Bahkan keluar buku kecil betulis surah Al Qur'an, dan berbagai perhiasan.

Kalau dari  kantong jubah beliau? Kenapa kami bisa melihat beliau proses dgn pakaian biasa. Pernah juga ribuan santri saksikan beliau hadirkan uang tidak dengan tangan dari balik punggung, tapi  peti berisi penuh uang saat istighosyah. Bahkan pernah proses dan seisi kamar penuh uang seperti sudah beredar di Youtube.

Kami percaya, karena kami menyaksikan ilmu yang selalu beliau katakan dari guru beliau,  atas izin Allah SWT.

Kami makin yakin karena beberapa tokoh dari komunitas Raja & Sultan se Nusantara memberi penguatan antara lain sbb:

 "Bunda Marwah. Banyak dari kami punya dokumen  asset, beberapa dari kami diberi ilmu dan kemampuan melihat  isu gudang. Tapi YM Dimas Kanjeng diberi ilmu luar biasa. Beliau bukan hanya bisa melihat tapi bisa "menghadirkan" asset dan isi gudang  di depan santri di Padepokan beliau." (YM. Mufti Bone, Ketua Umum PBB INA).

"Penjemputan YM Dimas Kanjeng oleh 1800 aparat dgn pakaian dan kendaraan lengkap, dibanding Ketua DPD RI yang dijemput sekitar 10 orang, bukti  beliau hebat dan diperhitungkan." Kata Kanjeng Surya Alam, Sultan Demak  (Ketua Umum Lembaga Adat, Raja & Sultan Nusantara).

"Peristiwa 22 Sept 2016 bisa dianggap sebagai  pecah Ketuban, tanda akan lahirnya kesuksesan Nusantara sbg Mercuar Dunia." Kata seorang tokoh di Kraton Kesultanan Pajang di solo.

Sahabat santri se Nusantara:
"Kita tidak bisa memaksa orang lain percaya pada apa yang kita lihat dan kita alami."

"Tapi kita juga tidak bisa dipaksa untuk tidak percaya, pada apa yang kita lihat dan kita alami."

Ya... Melihat itu Percaya.
Yes Seeing is Believing.

Yakinlah. InsyaaAllah, "Semua akan indah pada waktunya."

Bintaro, Minggu, 20 Maret 2017: 07:26
mdi.marwah@gmail.com

Rabu, 08 Maret 2017

AWAL MULA DI PADEPOKAN


Jurnal (1): Marwah Daud Ibrahim



Suatu hari saya dapat undangan untuk mengisi acara di Jawa Tengah. Usai ceramah,  seseorang memperlihatkan foto beberapa  kotak kayu berisi uang. Di belakang peti berdiri beberapa orang, di antaranya polisi berpakaian dinas. Saya cukup kaget karena ada satu wajah sahabat yang saya kenal baik dalam foto tersebut, yaitu Pak Ir. Suparman.

Kami sdh bersahsbat lama, sejak sekitar 2000-an. Saya awalnya dikenalkan kpd beliau oleh aktivis mahasiswa tentang keahlian beliau membudidayakan bibit tanaman. Beliau membantu pelatihan, pembibitan dan penanaman pohon di daerah pemilhan saya di Sulawesi Selatan. Ketika itu saya masih di DPR RI. Kami kemudian  sering berkeliling Indonesia memotivasi pemda dan tokoh masyarakat menanam jabon, jati, bambu,  dll.

"Wah... Kalau ada akses dana, kita bisa melakukan pelatihan dan penanaman pohon ke banyak daerah." Masyarakat bisa makmur, Itu fikiran yang terbesit dibenak saya. Pada kesempatan bertemu Pak Parman, saya tanyakan ttg foto tersebut. Beliau katakan kalau kejadiannya di Probolinggo.

Pada waktu ada  tugas ke Jawa Timur, saya kemudian dpt kesempatan untuk berkunjung ke Padepokan. Pertama kali ke sana saya belum bertemu dengan Mas Kanjeng (MK). Beliau sdg ke luar kota.

Kesempatan kedua  ke kediaman beliau, alhamdulillah saya bisa berjumpa. Tidak banyak pembicaraan. Tapi beliau faham bahwa saya ke sana untuk mencari tahu dari mana dana yg ada di peti yg saya lihat di foto.

Saya terkesan dengan kesantunan beliau. Yang saya ingat, dan saya lihat, beliau meminta orang memeriksa kursi dan baju yang beliau kenakan. Lalu beliau duduk dan berkata: " Saya sebenarnya malu kpd Ibu yang saya sudah kenal lewat buku dan TV. Ini ilmu dari guru saya Bu, semua atas kehendak Allah. "

Sambil bicara,  kedua tangan beliau letakkan di belakang dan  lalu kedua tangan dibawa ke depan dan sudah  penuh dgn uang ratusan ribu rupiah. Diulang berkali-kali yang kemudian disebar di lantai. Seperti yang sdh beredar luas di youtube. Uang kemudian dihitung,  kami yang hadir diberi beberapa lembar. Selebihnya disimpan.

Kata yang terkesan dan  saya ingat  serta tak terlupakan dari beliau adalah "ini ILMU dari GURU saya, atas Kuasa ALLAH."

Lebih setahun saya  istighorah,  sambil mencari referensi baik dari sisi sains maupun dari sisi agama. Sampai akhirnya dengan NIAT  semata mencari dan mengharap Ridho Allah SWT, dengan Bismillahirrahmanirrahim,  saya putuskan untuk menjadi "Santri aktif," di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.-

mdi.marwah@gmail.com
Kota Pahlawan,   8 Maret 2017
Fajar Menyingsing