Seri ✒#8: Marwah Daud Ibrahim
Assalamualaikum w.w.
Sungguhpun dalam tulisan RefleksiNJ45 #17 berjudul ” Momentum Kebangkitan Produk Unggulan Nusantara”
Seolah kita “hanya” bicara “Kelapa” bahkan hanya “Kecap,” tapi sejatinya kita sedang menyusun sekaligus menjalankan sebuah Platform Kebangkitan Nusantara.
Setidaknya ada Tiga hal utama yang kita ingin ubah: PASAR : Dari beli produk asing menjadi Beli Produk Indonesia; NILAI TAMBAH: dari jual Produk Mental ke Jual Produk Olahan;
KARAKTER: mental miskin menjadi mental “kaya.”
PASAR. Kita harus berubah dari gemar dan bangga membeli produk asing menjadi terpanggil untuk membeli Produk anak bangsa sendiri.
Barang konsumsi harian kita di dapur dan di kamar mandi di kuasai oleh asing. Dan kita ingin dan harus merebutnya, setidaknya berbagi secara fair dan adil.
Kecap BANGO dimiliki mayoritas oleh Unilever Belanda dan Inggris, Kecap ABC dikuasai oleh Heinz Amerika Serikat.
Hal yang sama terjadi dengan sabun mandi, sabun cuci. Juga air minum kita.
Bgm mau bersaing biaya iklan Bango saja setahunnya Rp.158 milyar.
Jadi bukan hanya di pasar pesawat terbang terjadi persaingan antar AirBus, Eropa dengan Boeing Amerika serikat. Tapi bahkan pasar Kecap pun untuk 250 juta lebih penduduk Indonesia mereka perebutkan.
Menurut data Dept. Perindustrian ada 339 pabrik kecap di Indonesia, 94 menengah besar. Ada yang tetap bertahan ada yang kesulitan.
Selain kita dukung produksi Kecap olahan Kelapa bersama Pak Wisnu dkk, TD-KIMDU juga harus mulai memetakan dan mendata serta membangun jejaring dan bersinergi dengan 339 produsen yang ada di negeri ini.
Bersama kita fikirkan dan praktekkan bgm memproduksi kecap yang sehat, hiegenis, tersedia di seluruh wilayah Indonesia.
Bgm penyediaan bahan baku, proses produksinya, mereknya, branding, rantai distribusinya dan dukungan risetnya dan tentu saja permodalannya.
Tak kurang pentingnya membangun militansi, rasa cinta, pemihakan, pembelaab thd produk anak bangsa sendiri seperti dilakukan oleh Gerakan Beli Indonesia.
Untuk mengambil alih pasar kecap nasional, kalau kerja sendiri-sendiri pasti tidak bisa. Tapi kalau produsen, konsumen, pemodal, peneliti, pemilik retail, pemerintah, legislator, semua stakeholder BERSIBERGI dan punya VISI bersama. Insyaa Allah bisa.
Kisah produk lokal air minum kemasan bisa mengalahkan Aqua di Kulonprogo sebagai contoh keberpihakan Pemda dan DPRD.
Alhamdulillah, ini MONENTUM yang tepat. Kesadaran dan keberpihakan kepada usaha rakyat dan pedesaan makin tinggi. Sudah ada koperasi 212, retail 212, LEU Mart, APKLI, Sudah ada muncul lembaga dan gerakan dgn skema pembiayaan berjamaah dan syariah.
Media sosial yang lebih terjangkau UKM perlahan mengambil pangsa media TV dan media cetak. Biaya iklan ratusan milyar dari konglomerat dan multinasional akan terkalahkan oleh medsos dan komunikasi tatap muka dari Ibu Rumah Tangga yang sdh tercerahkan untuk Cinta Tanah air dgn wujud nyata BELI INDONESIA.
Ingin putra putri kita bekerja dan sejahtera? Ya.Beli produk anak bangsa sendiri. Beli Indonesia, Bela Indonesia.
Jadi ingat kita tidak sekedar memproduksi kecap dan puluhan bahkan ratusan produk turunan Kelapa Tapi kita jadikan kelapa sebagai ” PRIMEMOVER” sebagai lokomotif penghela gerbong.
Dengannya kita sedang membuat Terobosan besar. Mengambil alih pasar dalam negeri dan membuka pasar dunia untuk produk anak bangsa ini.
Kalau KELAPA sudah bisa. Sistem dan langkah yang sama bisa untuk produk Singkong, Nilam, Cacao, kopi, rumput laut, rempah-rempah dll.
KIMDU (Koperasi Indonesia Mercusuar Dunia), jadinya bukanlah sekadar Koperasi Kelapa Biasa. Kita bertekad menjadikannya sbg Koperasinya Koperasi. Akan kita jadikan KIMDU sebagai the real RAKYAT INDONESIA INCORPORATED” untuk membuat PRODUK UNGGULAN NUSANTARA bisa BERJAYA di PASAR INDONESIA bahkan tampil PERKASA di PASAR GLOBAL.
Bgm caranya? Tugas kita membahasnya dan merealisasikannya melalui langkah sinergis dgn pendekatan TransDimensional.
Salam NusantaraJaya45
Indonesia Mercusuar Dunia.
Mdi-Td/Wangkal, Ahad 22 April 2018// 7 Sya’ban 1439 H.
