Jumat, 07 Oktober 2016
Pesan Mengharukan Prof Qasim Mathar ke Marwah Daud, “Dik Marwah, Lanjutkan Perjuanganmu”
Prof Dr Qasim Mathar. Foto via Fajar
POJOKSATU.id, JAKARTA – Sikap tegas mantan anggota DPR RI tiga periode, Marwah Daud Ibrahim yang begitu setia membela Dimas Kanjeng Taat Pribadi menyedot perhatian publik di Tanah Air.
Sikap Marwah Daud dianggap tidak rasional. Namun, Marwah Daud punya prinsip lain. Ya, Marwah Daud bukanlah orang sembarang. Doktor lulusan The American University Washington DC itu tercatat sebagai asisten peneliti UNESCO dan Bank Dunia.
Selain itu, Marwah Daud juga pernah menempati posisi Ketua Presidium Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI).
Tak hanya itu, Marwah Daud juga menjabat Ketua Komisi Perempuan Remaja dan Keluarga Majelis Ulama Indonesia (MUI). Namun, dia mengundurkan diri beberapa hari lalu karena ingin setia membela Dimas Kanjeng.
Ketika Marwah Daud dikritik banyak orang karena sikapnya yang mati-matian membela Dimas Kanjeng, beredar pesan berantai dari Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Prof Dr M Qasim Mathar.
Pesan berantai Prof Dr M Qasim Mathar yang beredar di media sosial dan grup WhatsApp itu ditujukan kepada Marwah Daud. Isinya memberikan dukungan atas sikap tegas Marwah Daud yang menjadi Ketua Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Berikut pesan mengharukan Prof Dr M Qasim Mathar untuk Marwah Daud yang beredar di media sosial:
Dik Marwah, Lanjutkan Perjuanganmu!
Kalau benar itu adalah tulisanmu seutuhnya yang saya baca melalui media sosial yang terbaca juga oleh banyak pembaca media sosial, saya abangmu, Qasim Mathar, mengatakan: lanjutkan perjalananmu! Saya juga masih seperti dulu, saat engkau dan suamimu, Dik Ibrahim Taju, menyapaku dengan “Kak Qasim”.
Tak banyak yang berubah, kecuali abang sudah berusia 69 tahun, kini. Karenanya, sudah begitu lama abang merasa tidak bertemu dengan adik berdua. Tiba-tiba pada hari-hari ini, adik berdua berada di pusat pemberitaan media.
Dik Marwah, saya sungguh memerhatikan, tulisanmu yang menyatakan bahwa yang engkau perjuangkan jauh lebih besar daripada Padepokan di mana engkau diamanahi sebagai Ketua Yayasan dan Tim Programnya; pun jauh lebih tinggi dan mulia daripada sekadar membela Guru Besar Padepokan, YM Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Abang tertarik, Dik Marwah. Karena itu, lanjutkan perjalananmu! Abang mulai semakin tertarik, ketika engkau menyatakan bahwa engkau merasa “diperjalankan” dan “dipertemukan” oleh Allah SWT dengan orang “hebat” dan “berilmu” di banyak pulau Indonesia dan terutama di Pulau Jawa yang punya kemampuan setara Dimas Kanjeng.
Tentu abang mengerti, jika Dik Marwah membaca banyak tentang sahabat yang belajar dari guru tasawuf dan sufi, lalu mereka menganggap fenomena Dimas Kanjeng adalah hal biasa saja. Namun, abang tidak mau mengatakan bahwa “tidak ada yang mustahil bila Allah SWT berkehendak”, seperti kata para sahabat itu. Sebab, bagi abang, Allah mustahil melakukan kejahatan.
Dik Marwah, saya tergoda untuk ikut di belakangmu, ketika engkau menulis bahwa pembelaanmu terhadap Dimas Kanjeng adalah demi “sebuah proses pencarian, penemuan dan atau peneguhan “Ideologi” untuk sebuah Peradaban Baru di Abad 21″.
Kakiku mulai melangkah di belakangmu, saat dengan tangkas engkau berbicara tentang lumpuhnya Komunisme, runtuhnya tembok Berlin, bubarnya USSR, digugatnya Kapitalisme, keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Karenanya, lanjutkan perjalananmu, Dik Marwah! Kakiku yang satu turut kuangkat pula melangkah di belakangmu, saat engkau seolah berkata: lihat itu Timur Tengah, tempat para Rasul dan Nabi lahir, hidup dan wafat, yang kisah mereka terukir di kitab suci Yahudi, Kristen, dan Islam, yang salah satu inti ajaran mereka adalah perdamaian; bukankah di sana kini menjadi arena perang saudara yang memilukan!
Dik Marwah, bagai sebuah jembatan yang ujungnya di depan belum tampak, engkau sudah jauh menempuh ke tengahnya, sedang abang baru dua langkah menginjak ujung jembatan di belakangmu. Abang semakin tertarik untuk mempercepat langkahku, mengikuti langkahmu yang melampau teori gravitasi, relativitas dan Fisika Quantum, yang kata adik, semua itu go “beyond” metaphysics (melampaui metafisika). Padahal, di pulau-pulau Nusantara begitu kaya dengan “Genius Lokal” (Kecerdasan Setempat).
Dik Marwah, abang melangkah lebih cepat lagi untuk bisa lebih dekat kepadamu. Tapi, jarak kita di jembatan ini tidak mudah diretas begitu saja. Abang tetap berjalan di belakangmu dan semakin ingin berlari mengejarmu, ketika di tengah jembatan yang belum tampak ujungnya di depan, engkau berkata lantang: saya makin yakin bahwa fajar terbitnya matahari “Nusantara Jaya 2045” sedang menyingsing! Islam Rahmatan lil alamin harus siap dan menyusun shaf!
Dik Marwah, abang juga melihat fajar itu. Ilmu pengetahuan tentang transdimensi. Nabi Ibrahim tidak terbakar api, Nabi Isa menghidupkan orang mati, Maryam yang suci, ibu Isa, hamil tanpa disentuh laki-laki, Nabi Muhammad dalam perjalanan Isra Mikrajnya bertemu dengan para seniornya, nabi-nabi terdahulu, di langit-langit tertentu,….salahkah kalau saya berpendapat bahwa semua kejadian itu adalah ilmu transdimensi Allah SWT yang menggoda manusia untuk belajar daripadanya? Karenanya, lanjutkan perjalananmu, Dik Marwah!
Dik Marwah, saya masih amat dekat pada ujung jembatan yang engkau sudah terlalu jauh meninggalkannya. Tapi, percayalah, abang tetap di belakang mengikutimu. Mungkin ujung jembatan di depan kita yang belum juga tampak, adalah sebuah dimensi baru yang sama sekali berbeda dengan dimensi yang sudah dan sedang dialami sekarang.
Tapi, betapa pun kompleksnya dimensi baru di ujung jembatan, yang sedang kita berdua berjalan ke sana, ia mesti wajib dicerna oleh akal sehat manusia. Sebab, perkakas terpenting yang diberikan Allah SWT kepada manusia untuk memahami semesta, fenomenanya, dan semua dimensi, termasuk bertransdimensi, adalah akal. Bahkan, semua ideologi dan agama akan membawa mudarat bila tidak dibangun dengan akal sehat.
Karena itu, Dik Marwah, lanjutkan langkahmu menuju ujung jembatan yang masih belum tampak itu! Namun, jika kakimu terasa tersandung, jangan segan menoleh ke belakang. Saya, abangmu, Qasim, ada di belakang, siap menggenggam tanganmu untuk berjalan bersama melewati dimensi-dimensi baru yang indah, seperti dulu kita sama-sama menyanyikan lagu hymne HMI, setelah capek memperbincangkan NDP (Nilai-Nilai Dasar Perjuangan) HMI.
Kak Qasim.
https://www.google.co.id/amp/pojoksatu.id/news/berita-nasional/2016/10/06/pesan-mengharukan-prof-qasim-mathar-ke-marwah-daud-dik-marwah-lanjutkan-perjuanganmu/2/%3famp
Kamis, 06 Oktober 2016
Marwah Daud : Izinkan Saya Melanjutkan Perjalanan

Oleh Marwah Daud Ibrahim.
Bismillahirrahmanirrahim.
Asww. Sahabat seperjuangan se Nusantara. Terima kasih atas perhatian dan simpatinya yang begitu dalam kepada saya terkait dengan Padepokan Dimas Kanjeng (PDK) Taat Pribadi.
Saya menerima dengan hati terbuka dan dgn rasa bahagia, ikhlas dan tulus sepenuh hati semua masukan kepada saya itu, yang mendukung dan yang menghujat, semua saya terima dan yakini sebagai tanda cinta dan sayang kepada saya.
Izinkan saya menyampaikan bahwa saya masih MARWAH YANG DULU, yang Anda kenal sebagai adik atau kakak di HMI, KAHMI dan sesama alumni Universitas Hasanuddin dan Alumni Amerika. Teman trainer atau peserta training di MHMMD. Sesama pengurus atau anggota di ICMI, YAAB ORBIT, MASIKA, Laznas BMT, KKSS, Sobat Bumi, Agro Politan Sinergi Mulia, Alumni Beasiswa Habibie, Masy Singkong Indonesia, KGN full..
Sahabat se Nusantara. Apa yang saya perjuangkan jauh LEBIH BESAR daripada Padepokan di mana saya diamanahi sebagai Ketua Yayasan dan Tim Programnya; pun jauh LEBIH TINGGI dan MULIA daripada sekadar membela Guru Besar Padepokan,YM Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Terus terang, sebelum dan sejak awal reformasi sampai detik ini. saya merasa “diperjalankan” dan “dipertemukan”oleh Allah SWT dengan orang “hebat” dan “berilmu” di banyak pulau Indonesia dan terutama di Pulau Jawa yang punya kemampuan SETARA DIMAS KANJENG.
Saya juga banyak membaca tentang dan bertemu dengan sahabat yang belajar dari guru tasawuf dan sufi. Yang menganggap fenomena Dimas Kanjeng itu biasa-biasa saja. Kata mereka Kalau Allah SWT berkehendak, tidak ada yang mustahil. Hanya saja kisah seperti ini beredar terbatas di lingkungan sendiri.
Saya juga banyak membaca tentang dan bertemu dengan sahabat yang belajar dari guru tasawuf dan sufi. Yang menganggap fenomena Dimas Kanjeng itu biasa-biasa saja. Kata mereka Kalau Allah SWT berkehendak, tidak ada yang mustahil. Hanya saja kisah seperti ini beredar terbatas di lingkungan sendiri.
Pembelaan saya terhadap Mas Kanjeng adalah pembelaan menyangkut sebuah proses pencarian, penemuan dan atau peneguhan “IDEOLOGI” untuk sebuah Peradaban Baru di Abad 21.
Ketika KOMUNISME lumpuh, tembok berlin runtuh dan USSR bubar menjadi serpihan negara di Eropa Timur.
Tatkala KAPITALISME digugat dan di demo di jantung keuangan dunia, New York. Dan INGGRIS yang pernah berjaya di dunia tidak lagi diterima untuk memimpin di EROPA dan bahkan Rakyat Inggeris kemudian memilih untuk menyatakan tidak mau lagi bergabung di Uni Eropa.
Ketika negara- negara di TIMUR TENGAH tempat para Rasul dan Nabi lahir, menjalani hidup dan dimakamkan ; dan kisahnya terukir di kitab suci Yahudi, Kristen dan Islam, yang salah satu intinya mengajarkan perdamaian, justru kini menjadi arena perang saudara yang memilukan.
Ketika ilmuan mulai bicara Transdimensi, karena teori gravitasi, relativitas dan Fisika Quantum tidak bisa menjawab banyak dan bahkan harus go “beyond” methafisik, sementara di Pulau-Pulau Nusantara begitu kaya dengan “Genius Local.”
Semua fenomena ini membuat saya makin yakin bahwa fajar terbitnya matahari “NUSANTARA JAYA 2045” sedang menyingsing. “ISLAM Rahmatan lil alamin” harus siap dan menyusun Shaf.
Yakinlah Allah Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Adil, dan Kuasa atas segala sesuatu.
Alhamdulillah saya sehat, insyaa Allah Aqidah saya terjaga. Perjalanan masih panjang dan berliku. Semoga Allah SWT menunjuki jalan yang lurus dan di Ridhoi- Nya.
Sahabat “izinkan saya melanjutkan perjalanan.”
(Bintaro, Jakarta 07: 48, Kamis 6 Oktober 2016).
Langganan:
Komentar (Atom)
